[Special Post] Selamat Hari Buku Nasional!

10610488_1586408498297109_2979072851917334537_n

Selamat Hari Buku Nasional, readers!
Pertama-tama, aku akan ‘memamerkan’ buku-buku karya penulis Indonesia-ku. Beberapa ada yang masih dipinjam teman, jadi foto ini ‘hanya’ seadanya di rak buku.
1431843171610_resizedBeneran, saat ‘ditantang’ oleh Div. Event BBI untuk ‘memfoto’ semua koleksi buku dengan penulis Indonesia. Aku tuh cukup ‘ngehh’ ya (butuh pengorbanan berat buat ngeluarin semua buku), tapi ya, berhubung karena hari ini cuma setahun sekali…

1431843231302_resized

Jadi ya, saat ‘proses’ membongkar buku (yang dari kapan kali), aku kembali teringat buku yang bener-bener Novel (dulu lebih prefer komik daripada novel), aku ‘menemukan’ novel pertama (mungkin kedua?) yang aku beli: Hate You Love You (Btw, novel pertama yang aku punya tuh Circle Love oleh Monica Petra. Hanya saja, Circle of Love bukan novel pertama yang aku baca (loh kok bisa?) Nah ya, aku punya relasi yang hobi baca, jadi ya aku pinjem aja dari dia. HA HA.

20150517_124637_resized

Udah buruk rupa kan? Iya, udah lama juga.
Setiap pembaca pasti mempunyai penulis favorit, begitupula dengan aku. Aku memiliki ‘banyak’ sekali penulis favorit. Baik itu ‘hanya’ sekadar ‘suka’ atau ‘suka banget’.
20150517_125102_resizedDahlian, salah satu penulis ‘favorit’-ku. Banyak pembaca yang ‘beropini’ bahwa karya Dahlian sedikit dramatis. Memang benar, kadang aku ngerasa kalau buku penulis ini ‘fiksi banget’. Konfliknya pun sering kita temukan di FTV atau drama (?) dengan jalan cerita yang hampir sama tapi berbeda. Hanya saja, mungkin yang ‘beginian’ itu aku banget. Sejauh ini aku menyukai karya-karya penulis ini. Meskipun ‘sedikit’ menyesal untuk Casablanca.

20150517_125255_resized20150517_125324_resized

Orizuka. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai teenlit (kebanyakan buku Orizuka bergenre teenlit). Maka dari itu, sebagai penggemar Orizuka, aku kira buku Orizuka yang aku punya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan yang lain. Secara tuh, Orizuka sudah menelurkan 20 buku.
20150517_125443Christian Simamora, penulis favorit dikarenakan ‘ide cerita’ yang selalu ‘cocok’ di aku. Konflik yang tidak begitu sensitif tapi bikin tegang. J-Boyfriend yang ‘digambarkan’ HOT semua. Sayangnya cuma fiksi. :(. By the way, buku penulis ini yang paling laku. Selalu dipinjem. Dari tangan ke tangan. Hilang. Berakhir tinggal 2. Buku yang lain: Pillow Talk dan Good Fight yang bahkan belum sempat di buat Review 😦
20150517_125352_resized Windry Ramadhina, penulis favorit dikarenakan ‘gaya penulisan’ yang mellow, bikin pembaca selalu ‘terbuai’ dengan cerita yang ditawarkan. Meskipun konflik dan jalan cerita yang biasa-biasa saja. Minus Interlude yang keberadaannya masih ditangan teman 😀
1431842967799_resizedSebenernya agak malu sih, ngepost foto yang ini. Dikarenakan aku selalu ‘berkoar-koar’ dimanapun tentang Ilana Tan yang menjadi penulis favorit aku. Dan nyatanya… meskipun aku sudah membaca ‘semua’ karya Ilana Tan (beneran nih, termasuk kumcer yang dikit pake banget Autumn Once More, minus Seasons to Remember ya karena bukan Novel). Aku kenal Ilana Tan pun karena temanku yang berkoar-koar tentang Seasons Series dan end-up aku membaca novel itu dan ketagihan lalu membaca Sunshine Becomes You. Dan yah… semua pinjeman dari temen :D. Tidak lupa karya Karla M. Nashar, Love Hate & Hocus-Pocus. Sampai sekarang belum baca lagi karya yang lain dari penulis yang sama 😦
1431842727661_resizedWinna Efendi! Penulis lokal favoritku karena ‘gaya penulisannya’ (selain Windry Ramadhina, tentunya!). Meskipun penulis ini selalu mengangkat tema tentang ‘persahabatan’, plot dan konfliknya selalu berbeda (kadang ada yang sama, sih). Tapi sempet ‘impressed’ sama Happily Ever After. Menggabungkan tentang keluarga, cinta, dan persahabatan sekaligus! Sweet!
1431842862255_resizedLexie Xu, penulis favorit lokal dengan genre yang berbeda! Bukan romance tapi thiller (?) Eh, thiller bukan sih? Tapi belakangan jadi suka penulis lain sih. Contohnya Eve Shi dengan Aku Tahu Kamu Hantu dan Ruwi Meita dengan buku ‘detektif’ (?) Misteri Patung Garam. Tidak lupa Gerbang Dialog Danur yang lupa di-foto perbesar (lihat ditumpukan ya!)
20150517_125426_resizedGlam Girls Series! (Eh, series bukan sih?) Nah, lupakan. Membaca buku ini ‘terasa’ nonton gossip girl yah. Tapi yang versi Indonesia tentunya! Minus 18 content tentunya!
20150517_125147_resizedBuku-buku yang dibeli karena ’embel-embel’ pemenang maupun naskah pilihan. (minus People Like Us)
20150517_125044_resizedChristina Juzwar. Sampai Lupa. Sebenarnya aku tidak begitu memfavoritkan penulis ini sih. Hanya saja, jika dilihat dari kedua buku yang aku punya (maafkan gambar yang salah posisi), cukup berbeda ‘genre’nya antara Let Me Kiss You dan Seoul, I Miss You. LMKY (kayaknya) sudah masuk adult. Sedangkan Seoul, I Miss You yang masih Young Adult (?) atau malahan teenlit?
20150517_124922_resizedBuku dengan judul panjang yang aku miliki.
Setelah aku ‘membeberkan’ buku-buku lokal yang aku punya. Sekali lagi, aku ingin mengucapkan: Selamat Hari Buku Nasional!
Kita tahu bahwa ‘semangat’ baca bangsa Indonesia kalah jauh dengan negara-negara luar. Perpustakaan semakin sepi. Apalagi perpustakan sekolahku! Sampai ditutup malahan!
Membaca sangat penting. Dengan membaca, kita bisa mengenal dunia.

Anyone who says they have only one life to live must not know how to read a book- Unknown

Dunia perbukuan di Indonesia memang makin berkembang. Hanya saja, yang kita inginkan adalah generasi muda yang juga ‘berkembang’ dalam rangka ‘kegemaran’ mereka terhadap membaca. Generasi kita saat ini lebih prefer ‘game’ daripada ‘baca’. Dan itu bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan. Bagaimana cara untuk mengatasi hal itu? Tanamkan ‘kesadaran’ pada diri masing-masing! Membaca buku dan meraih ilmu!
Banyak sekali penerbit lokal yang ‘menerbitkan’ buku-buku karya penulis lokal. Tidak jarang juga penerbit lokal malah ‘menerjemahkan’ karya penulis asing. Banyak sekali karya penulis asing yang go internasional, diterjemahkan ke berbagai bahasa. Jika dibandingkan dengan karya penulis Indonesia, tentu kalah telak. Karya penulis Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa lain masih cenderung sedikit. Saran saya adalah, mari kita sama-sama membaca, menulis. Membuktikan bahwa sastra Indonesia tidak kalah dengan karya penulis asing!

 

[Book Review] In a Blue Moon

25053346

Judul: In a Blue Moon

Penulis: Ilana Tan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: April, 2015

Tebal: 320 hlm.

ISBN: 9786020314624

“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”

Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.

Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.

REVIEW:

Siapa yang tidak kenal Lucas Ford? Lucas Ford merupakan koki yang sangat terkenal di New York, ia juga peraih bintang Michelin. Lucas juga memiliki restauran bernama Ramses, salah satu restoran terbaik di New York. Ramses selalu ramai dikunjungi setiap harinya. Sangat sulit untuk mendapatkan meja kosong di Ramses.

Disisi lain, ada Sophie Wilson. Gadis berwajah asia dengan tubuh pendek dan rambut bergaya bob. Sophie merupakan pemilik toko kue A Piece of Cake.

“Bahwa kau hanya gadis biasa yang berpotongan tubuh kecil dan cukup manis kalau tidak sedang memberengut. Kau tidak tinggi semampai dan tidak memiliki tampang eksotis. Benar-benar biasa. Kau mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku.”

Cerita ini dibuka dengan Gordon Ford, kakek Lucas yang berkoar-koar bahwa ia telah ‘menemukan’ tunangan untuk Lucas. Awalnya, Lucas tidak tahu bahwa gadis yang akan menjadi tunangannya adalah Sophie. Begitupula Sophie.

Setelah menunggu beberapa detik, Sophie Wilson akhirnya menjabat tangan Lucas dengan cepat dan berkata, “Kami hanya bersekolah di SMA yang sama. Tidak bisa dibilang berteman.”

Sophie Wilson sangat membenci Lucas Ford, kita semua tahu tentang itu. Lalu, apa sebenarnya alasan yang menyebabkan ‘kebencian’ Sophie pada Lucas?

Lucas dan Sophie merupakan teman di SMA, ah tidak, mereka tidak berteman. Mereka hanya kebetulan sekolah di sekolah yang sama. Lucas pertama kali bertemu Sophie di bulan desember pada tahun terakhir SMAnya. Saat itu, Lucas diberikan hukuman karena ‘keusilan’nya dalam kelas. Lucas diminta untuk ‘bergabung’ dengan panitia membuat kue natal. Sophie juga berada dalam kelompok pembuat kue. Saat Lucas menjalankan masa hukumannya itu, saat itulah Lucas bertemu Sophie untuk yang kali pertama.

      Di bulan Desember di tahun terakhir SMA-nya, Lucas pertama kalinya bertemu dengan Sophie Wilson.

Awalnya, Gordon Ford dan juga Thomas Wilson-kakek Sophie, merencanakan untuk menjodohkan anak mereka, hanya saja, mereka sama-sama memiliki anak laki-laki. Maka dari itu, rencana tersebut ditunda. Sampai mereka memiliki cucu yang berbeda jenis, Lucas Ford dan Sophie Wilson.

Cover dari In a Blue Moon kurang menarik, menurutku. Terlalu gimana ya.. ah, font untuk nama penulis ‘Ilana Tan’, terlalu kaku (mungkin?), atau bernuasa biru-ungu yang nggak cocok sama toko roti?

Akhirnya! Setelah menunggu sekian lama, penulis favoritku akhirnya ‘menelurkan’ lagi karya barunya (setelah sempet di-PHP-in sama Autumn once More/kumcer dan Seasons to Remember). Jujur saja, aku kurang menyukai gaya penulisan penulis yang menuliskan (kok ribet ya katanya?) cerita dari sudut pandang penulis. Membuat cerita terasa kaku. Hanya saja, tidak seperti penulis lainnya. Entah kenapa, meskipun menulis dari sudut pandang penulis, Ilana Tan selalu dapat membuat aku menghayati cerita ini.

Ah, ya. Kemarin sempet denger isu kalo In a Blue Moon berkaitan dengan Sunshine Becomes You. Jawabannya: tidak saling berkaitan sih, cuma ‘mungkin’ Mia Clark pernah mengunjungi toko kue Sophie (mengingat adanya ‘laporan’ bahwa ada seorang wanita yang pingsan di tokonya lalu jika kalian sudah membaca Sunshine Becomes You, memang benar Mia Clark pernah pingsan di toko kue saat bersama Alex Hirano)

Konflik dalam buku ini tidak terlalu sensitif. Hanya saja, aku pikir kesalahan yang dilakukan oleh Lucas di masa lalu -terlalu- keterlaluan. Penasaran? Baca!

Overall, aku sangat menikmati buku ini. Hanya saja, aku ‘kurang’ menyukai covernya. Ah, ya. Sebelumnya aku mau ‘minta maaf’ kalau review-ku kali ini sangat buruk (disebabkan oleh beberapa aspek, mungkin salah satunya karena aku sudah menyelesaikan In a Blue Moon seminggu yang lalu dan baru menuliskan review hari ini)

Ratings: 3 of 5 Stars

Wishful Wednesday #15

Pertama kalinya ikutan meme ini di awal bulan di tahun 2014. Iya, sering absen dari meme mingguan ini. Dan yah… setelah hiatus kurang lebih 4 bulan (postingan terakhir tentang meme ini di bulan Desember, 2014). Yang artinya, post ini merupakan post pertama tentang ‘Wishlist’-ku di tahun 2015 ini. Sebenernya aku juga nggak ada rencana sih buat hiatus, cuma aja aku lagi sibuk sekolah akhir-akhir ini. Buku yang dibaca pun sekedar buntelan atau hadiah giveaway, kadang jalan-jalan ke Toko Buku dan ‘membeli’ apapun yang nggak masuk ke wishlist. 

Jadi ya, setelah hiatus (cukup lama). Aku memutuskan untuk ‘kembali’ aktif dalam meme ini (moga-moga bisa update setiap minggu!). 

24636477

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi oleh Eka Kurniawan.

“Kalian orang-orang tolol yang percaya kepada mimpi.”

Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta kepada lelaki itu.

Alasan kenapa buku ini bisa ‘berada’ di daftar keinginan ku adalah: Judulnya aja udah bikin galau, apa lagi ceritanya! Bener nggak?

Setelah kasak-kusuk sana-sini, aku mengetahui satu hal: buku ini merupakan kumpulan cerpen yang salah satu cerpennya berjudul Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (panjang banget ya judulnya!Haha). 

Menurut sumber (oleh beberapa pembaca dan survei tidak begitu jelas sumbernya), Eka Kurniawan merupakan salah satu penulis sastra Indonesia yang tulisannya terkenal bisa bikin pembaca #JleB. 

Btw, udah ada yang pernah baca Cantik itu Luka oleh Eka Kurniawan? Katanya sih seru juga, sempet mau kumasukin ke Wishlist. Tapi yaa, setelah lihat harganya… Moga-moga dapet buntelan atau giveaway yah! (nyari gratisan)

Share WW mu minggu ini yuk!

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

 

[Book Review] Gerbang Dialog Danur

25191081

Judul: Gerbang Dialog Danur
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Bukune
Terbit: 2015
Tebal: 224 hlm.
ISBN: 6022201500

Jangan heran jika mendapatiku sedang bicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari lima sahabatku.

Kalian mungkin tak melihatnya. Wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut… hantu—jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.

Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukan. Kelebihan ini membawaku ke dalam persahabatan unik dengan lima anak hantu Belanda. Hari-hariku dilewati dengan canda Peter, pertengkaran Hans dan Hendrick dua sahabat yang sering berkelahi, alunan lirih biola William, dan tak lupa; rengekan si Bungsu Johnsen.

Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa memberi itu. Aku mulai menyadari bahwa hidup ini bukan hanya milikku seorang….

Namaku Risa. Aku bisa melihat ‘mereka’.

REVIEW:

Jiwaku sudah hilang, tak bisa lagi disebut manusia. Tapi kini aku merasa jauh lebih hidup daripada saat aku hidup dulu. Aku bahagia, mungkin aku adalah jiwa mati paling bahagia yang pernah ada.- Will

Secara keseluruhan, buku ini adalah sebuah novel. Tetapi, tiap babnya memiliki ‘judul’ yang berbeda. Bukan hanya judul yang berbeda, tapi ‘tokoh’ yang diceritakan juga berbeda. Cerita ditulis dari sudut pandang orang pertama, setiap babnya.

Pada bagian prolog–atau bisa disebut saja pada bagian awal, berjudul Gerbang Dialog Danur, ‘perkenalan’ oleh Risa. Saat tiba di bab (bisa kubilang bab pertama) yang berjudul Anjung Temayun, disana kita akan mulai ‘mengerti’ tentang bagaimana nantinya cerita ini akan mengalir.

Risa memiliki sebuah kemampuan dimana kemampuan itu termasuk ‘kemampuan istimewa’. Risa dapat mendengar dan melihat yang mereka tidak dapat lihat. Hantu.

Sejak kecil, Risa memiliki banyak teman. Hanya saja, teman-teman Risa itu bukanlah jenis ‘makhluk’ yang sama dengan Risa. Mereka adalah William si pemain biola, Peter, Hans dan Hendrick yang narsis dan sering bertengkar, serta Janshen si bungsu dengan gigi ompongnya.

Jika pada bab satu kita disuguhkan tentang ‘cerita’ Risa dan teman-teman hantunya di rumah neneknya, pada bab ke dua, kita akan ‘diajak’ untuk kembali ke masa lalu. Ke masa saat bangsa Belanda masih menjajah tanah air. Ke masa dimana teman Risa, Peter masih hidup. Kala itu, hidup Peter sangat bercukupan. Ayahnya adalah anggota militer yang sangat gagah. Peter juga memiliki ibu yang sangat anggun. Terlebih, Peter memiliki ‘pengasuh’ orang pribumi asli, Siti yang sangat menyayanginya. Hanya saja, di umur 14 tahun, Peter harus kehilangan nyawanya karena orang Jepang yang mereka sebut– Nipon. Bab ini diberi judul Sendiri di Atas Bentala.

Kehidupan Hans dan Hendrick pun di ceritakan pada bab-bab selanjutnya. Bab ini diberi judul Berdecit Bersama Hans dan Hendrick. Tidak banyak yang diceritakan pada bab ini. Kebanyakan adalah potongan ‘curhat’ mereka pada Risa. Seperti biasa, mereka ‘selalu’ bertengkar. Hanya saja, pada bab ini, kita di’beri’ tahu tentang hal-hal yang mungkin ingin kita tahu= Apa yang dilakukan Hans dan Hendrick sebelum mereka mati? Hans jago membuat kue, Hendrick ‘pernah’ populer di sekolahnya.

Cuping Wajah William, bab ini diberi judul seperti itu. Seperti yang dikatakan judulnya, bab ini bercerita tentang kisah di balik sosok pendiam Will. William.

Ada dua jenis manusia yang terlahir ke dunia ini. Manusia yang beruntung dan kurang beruntung. Kita bisa menilai sendiri, masuk di kategori manakah kita?

William beruntung karena ia lahir di tengah keluarga bangsawan kaya raya. Namun, Will juga bisa di sebut kurang beruntung, karena ia hanya dibesarkan oleh harta benda orangtuanya. Ayahnya sangat memuja ibunya. Ibunya sangat peduli dengan gaya pakaian, pergaulan, teman-teman kaya, dan harta benda. Banyak teman ibu Will yang ‘memasukkan’ anak mereka ke sekolah musik ternama. Bagi ibu Will, menyekolahkan anak ke sekolah musik ternama juga ‘merupakan’ salah satu gaya hidup. Maka dari itu, tidak ingin ketinggalan, ibu Will juga menyekolahkan anaknya ke sekolah musik. Pada akhirnya, Will bertemu dengan biola. Dengan biola, ia bisa mengungkapkan ‘rasa’ yang dulunya hanya melintas di kepalanya. Dengan musik, ia lebih mudah mengekspresikan emosinya. Biola tersebut ia beri Nouval.

Pada bab ke-enam (atau bisa dibilang begitu), sebagai bab penutup untuk ‘perkenalan’ tokoh utama hantu (bisa dilihat pada cover) diberi nama Filsofi Gigi. Bab yang cukup singkat, sebenarnya. Seperti judulnya yang mengungkit-ungkit tentang gigi, seperti yang kita ketahui, si bungsu Janshen kehilangan giginya dan menyebabkan ia dipanggil ‘Ompong’. Nah, pada bab ini ‘kita’ akan diberi tahu ‘alasan’ kenapa Janshen kehilangan giginya? Kala itu, saat ia sudah hampir ditebas oleh Nippon, ia sempat terjatuh dan kehilangan gigi tengahnya.

Pada bab selanjutnya, konflik utama akan mulai ‘tersajikan’. Pada awalnya, Risa sudah berjanji pada Peter bahwa ia akan mengakhiri hidupnya agar bisa ‘bersama-sama’ dengan mereka (mengingat bahwa Risa adalah manusia yang akan terus bertumbuh). Kala itu, Risa berjanji, bahwa pada ulang tahun ke-14nya, sama seperti umur di mana Peter kehilangan nyawanya, Risa juga akan ‘meninggalkan’ dunia ini. Hanya saja, banyak hal-hal yang ‘diluar’ kendali. Risa merasa bahwa ia tidak dapat meninggalkan dunia ini. Maka dari itu, Peter marah dan semenjak itu, Peter dan kawan-kawan tidak pernah lagi mau menampakkan diri di depan Risa. Meski mereka masih tinggal di satu rumah yang sama dengan Risa.

Jalan cerita pada buku ini masih panjang. Setelah Risa ditinggal oleh teman-temannya, Risa mulai bertemu dengan ‘Makhluk’ lain. Berbeda dengan Peter dan keluarganya yang tinggal di rumah Risa yang wajahnya cenderung ‘masih bisa dilihat’, makhluk yang Risa temui akhir-akhir ini seringkali mengganggunya dan menampakkan wajah seram mereka. Ini membuat Risa menyesal dan merindukan teman-temannya.

Pada akhirnya, Risa tetap tumbuh dewasa, dan teman-temannya tidak. Apakah, setelah sekian lama, Peter dan teman-temannya akan kembali menampakkan diri di depan Risa?

Setelah cerita inti tentang penggenalan karakter dalam buku ini, masih banyak pengenalan-pengenalan lainnya yang ‘menarik’ hati. Hantu-hantu yang Risa temui kebanyakan meminta pertolongan dengan ‘curhat’ tentang apa yang mereka alami saat mereka hidup dulu. Ada Samantha yang mati karena penyakit yang mengerogotinya, ada Asih yang meninggal karena bunuh diri akibat tidak bisa menanggung aib, ada juga Elizabeth yang bunuh diri karena tidak tahan menjadi ‘pemuas’ nafsu tentara Nippon, persahabatan sehidup semati Jane dan Sarah, Teddy dengan perjuangannya untuk bertahan dari tentara Nippon.

Sebagian besar hantu yang diceritakan memiliki kisah yang kelam, sebagian tidak. Mungkin bagian yang ‘kelam’ terdapat pada bagaimana mereka mati, bukan bagaimana kisah hidup mereka dulunya.

Pada awalnya, aku tidak begitu ‘peduli’ tentang adanya kesamaan nama antara penulis dengan tokoh utama dalam cerita ini. Setelah aku menelah lebih lanjut, ternyata buku ini juga memiliki unsur ‘non-fiksi’. Ya, buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

Aku tidak pernah menyukai genre misteri ataupun horror. Bukan karena itu bukan ‘porsi’ku. Aku sangat menyukai film-film horror, terutama film dengan ‘zombie’ di dalamnya. Hanya saja, genre horror yang ditawarkan penulis indonesia seringkali melenceng dari topik utamanya, misalnya genre Horror yang biasanya ‘menyelipkan’ sedikit unsur romance menjadi ‘menyelipkan’ sebagian besar unsur romance yang kadang membuat pembaca… ngeh..

Buku ini juga menyelipkan unsur-unsur romance. Tapi, sesuai dengan genrenya, buku ini tidak ‘begitu-banyak’ menyelipkan tentang hal-hal tersebut (untunglah).

Jujur saja, cover dari buku ini sangat ‘pas’ untuk cerita yang ditawarkan di dalamnya. Hanya saja, aku sempat ‘ngeh’ saat melihat judulnya. Gerbang Dialog Danur. Lalu, saat aku memutuskan untuk membaca dan menyelesaikan buku ini, aku masih tidak mengerti, mengapa Gerbang Dialog Danur? Memang benar, pada halaman 195, aku menemukan ini: Danur adalah air berbau busuk yang keluar dari mayat yang mulai membusuk. Lalu kenapa Gerbang? Sebenarnya penulis sudah menjelaskan banyak hal tentang Gerbang Dialog ini pada awal buku, mungkin aku saja yang tidak mengerti.

Aku menyukai gaya penulisan Risa Saraswati. Meskipun tidak memberi kesan ‘mellow’ (Ah iya, ini novel horror), aku tetap bisa menikmati novel ini. Mungkin karena novel ini ditulis dari sudut pandang orang pertama.

Overall, sebagai pembaca yang tidak begitu ‘berdedikasi’ pada novel bergenre horror, aku menyukai buku ini! Meski begitu, masih banyak hal yang tidak masuk akal pada buku ini 🙂