Judul: Rentak Kuda Manggani
Penulis: Zelfeni Wimra dkk.
Penerbit: Diva Press
Terbit: Agustus, 2015
Tebal: 176 hlm.
ISBN: 978-602-255-954-2
Kembali ke rumah masing-masing adalah kembali memasuki diri. Mengetuk dan menyapa ruang-ruang perenungan. Menghirup napas sedalam mungkin sehingga bisa memaknai kesendirian. Zelfeni Wimra—Rentak Kuda Manggani
Malam ini seharusnya kami berada di rumah, menyiapkan kado-kado di bawah pendar lampu pohon Natal, bernyanyi, menikmati suka cita serta hidangan yang enak bersama keluarga. Tetapi perang telah membawa kami jauh dari rumah. Adam Yudhistira—Stille Nacht
Ia tidak melukaiku, sungguh, tapi aku begitu terluka. Kematiannya bagiku adalah cara Tuhan mengembalikanku ke tempat kami pertama saling menambatkan cinta. Faisal Oddang—Lelaki yang Takut Menyeberang
Perkenalan kalian seperti malam yang turun di Ormoc—terjadi begitu saja. Mungkin juga kau tidak terlalu mengharapkannya, seperti hujan renyai yang bersikeras bertahan di kota itu. W.N. Rahman—Sebelum Mencapai Tacloban
Di belakang punggungnya, kusaksikan puluhan orang mengikuti kakinya melangkah. Pemimpin agama, para pejabat pemerintahan, polisi, para guru, kaum migran, anak-anak telantar, dan pelacur. Yohanes W. Hayon—Pegawai Pajak
REVIEW:
Buku ini berisi kumpulan cerpen sebanyak duapuluh satu buah dengan pengarang yang berbeda untuk setiap ceritanya. Heran kan? Begitupula denganku. Awalnya aku nggak nyangka, buku yang tergolong tipis ini mampu menampung cerpen sebanyak itu.
By the way, aku memiliki sebuah kebiasaan khusus jika membaca kumcer. Aku selalu menelaah bagian ‘daftar isi’ dan mencari-cari judul yang paling menarik, dilanjutkan ke judul-judul berikutnya. Aku pikir ini bukan kebiasaan baik, ya. Pasti kalian pernah denger yang beginian: jangan judge karna lo bukan hakim.. #lupakan!
Rentak Kuda Manggani, dari cerpen sebanyak itu, ada sebuah cerpen yang berjudul Rentak Kuda Manggani. Aku tidak tahu, mengapa tim penerbit akhirnya ‘mengangkat’ judul cerpen ini menjadi judul keseluruhan yang mewakili.
Mari kita bicara soal penampakan sampul!
Aku sangat menyukai desain dari sampul buku ini. Desain yang simpel tetapi sangat ‘meyakinkan’.
Dan… jujur saja, semua penulis yang karyanya memenuhi setiap lembar buku ini masih tergolong baru bagiku. Aku belum pernah membaca karya-karya terdahulu mereka. Dan.. aku menemukan beberapa penulis yang ‘bukunya wajib baca’, and.. looking forward to their next project!
Karena banyaknya isi cerita dalam buku ini, aku hanya akan mereview beberapa cerita yang aku suka.
nb: no particular order
- Menjadi Jangkrik oleh Benny Arnas
Aku menyukai cerpen ini. Bukan karena jalan cerita yang ‘aku banget’ sehingga ‘aku suka’. Tapi gara-gara cara penyampaian cerita yang dilakukan oleh penulis. Cerpen ini sama sekali tidak ‘mengandung’ percakapan antar tokoh meski diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Sebenarnya, tidak ada yang aneh dalam hal ini, mengingat bahwa cerita ini merupakan cerpen.
Disisi lain, penulis benar-benar tahu cara mencari judul yang membuat pembaca tertarik.
Pada akhirnya, cara paling indah untuk melawan kebohongan yang dilegalkan dan dimaklumatkan adalah dengan mengabaikannya.
- Gisela Meine Rose by Granito Ibrahim
Cerita ini mengambil latar waktu dimasa peperangan dan bercerita tentang seorang pria bernama Heinz yang berjuang dalam pasukan peperangannya dan seorang wanita Gisela yang sabar menunggu.
Cara penulisan penulis dalam menggambarkan suasana peperangan membuatku kagum, apalagi diselipi suasana mellow. Terlebih lagi, akhir (yang tidak benar-benar akhir) yang cukup mengagetkan.
“Demi Gisela, lakukan apa yang aku katakan! Atau semuanya akan terlambat.”
- Love, Halley, and War oleh Ade Ferdiansyah
Sama seperti cerpen diatas, cerita ini juga mengambil latar waktu dimasa lalu dan latar tempat yang mendominasi adalah masa peperangan. Yang membedakan hanyalah alur yang cepat. Dari tahun 1910 sampai 1980-an.
Cerita ini juga bercerita tentang dua kekasih yang harus dipisahkan karena adanya peperangan. Sang lelaki yang terus memperjuangkan cinta mereka ditengah peperangan dengan menulis surat secara berkala. Hanya saja, si perempuan tidak pernah membalas surat-surat tersebut.
Sebenarnya… apa yang terjadi?
Mungkin, dari semua cerpen yang terdapat dinovel ini, aku paling menyukai cerpen ini. Membaca cerpen ini membuatku teringat novel karya Nicholas Sparks yang berjudul The Longest Ride. Percakapan-percakapan yang sederhana dan manis. Pengorbanan tokoh utamanya sangat bikin baper.
“Aku bukan takut karena peluru atau semacamnya, yang mungkin saja bisa membuatku lumpuh seumur hidup atau bahkan mati. Tetapi yang aku takutkan adalah kehilangan kamu. Merpati kecil yang sangat aku cintai.“
- Rentak Kuda manggani by Zelfeni Wimra
Bercerita tentang seorang pria diusia lansia yang memiliki banyak penyesalan dihidupnya. Menyesali sekaligus mensyukuri pilihan yang diambilnya dimasa lalu. Kini, disaat usianya yang tidak lagi muda, pria itu memutuskan untuk ‘menyusuri’ kembali masa lalunya. Ingatannya selalu melayang kepada perempuan berbau cengkih itu.
Kembali ke rumah masing-masing adalah kembali memasuki diri. Mengetuk dan menyapa ruang-ruang perenungan. Menghirup napas sedalam mungkin sehingga bisa memaknai kesendirian.
-Giveaway Time-
Penasaran dengan cerpen-cerpen lainnya? Ikuti giveaway dan menangkan satu buku Rentak Kuda Manggani dan satu buah novel terbaru dari Diva Press untuk satu pemenang.
Syarat:
- [Wajib] Follow twitter @divapress01 atau like FanPage Penerbit DIVA Press
- [Tidak Wajib] Follow twitter @viionna_ atau instagram @viionna
- [Wajib] Share link giveaway ini ditwitter dan mention @divapress01 dan @viionna_
- [Wajib] Menjawab pertanyaan ini dikolom kometar dibawah dengan Format:
Nama:
Link Share:
Jawaban:
Ceritakan pengalaman menarik yang pernah terjadi dihidupmu! Kalau dijadikan cerpen, menurutmu bakal dikasih judul apa sih?
[Periode giveaway: 21-27 September 2015/ Pengumuman pemenang: 28 September 2015]