[Blogtour + Giveaway] Rentak Kuda Manggani

Starking_resized

Judul: Rentak Kuda Manggani
Penulis: Zelfeni Wimra dkk.
Penerbit: Diva Press
Terbit: Agustus, 2015
Tebal: 176 hlm.
ISBN: 978-602-255-954-2

Kembali ke rumah masing-masing adalah kembali memasuki diri. Mengetuk dan menyapa ruang-ruang perenungan. Menghirup napas sedalam mungkin sehingga bisa memaknai kesendirian. Zelfeni Wimra—Rentak Kuda Manggani

Malam ini seharusnya kami berada di rumah, menyiapkan kado-kado di bawah pendar lampu pohon Natal, bernyanyi, menikmati suka cita serta hidangan yang enak bersama keluarga. Tetapi perang telah membawa kami jauh dari rumah. Adam Yudhistira—Stille Nacht

Ia tidak melukaiku, sungguh, tapi aku begitu terluka. Kematiannya bagiku adalah cara Tuhan mengembalikanku ke tempat kami pertama saling menambatkan cinta. Faisal Oddang—Lelaki yang Takut Menyeberang

Perkenalan kalian seperti malam yang turun di Ormoc—terjadi begitu saja. Mungkin juga kau tidak terlalu mengharapkannya, seperti hujan renyai yang bersikeras bertahan di kota itu. W.N. Rahman—Sebelum Mencapai Tacloban

Di belakang punggungnya, kusaksikan puluhan orang mengikuti kakinya melangkah. Pemimpin agama, para pejabat pemerintahan, polisi, para guru, kaum migran, anak-anak telantar, dan pelacur. Yohanes W. Hayon—Pegawai Pajak

REVIEW:

Buku ini berisi kumpulan cerpen sebanyak duapuluh satu buah dengan pengarang yang berbeda untuk setiap ceritanya. Heran kan? Begitupula denganku. Awalnya aku nggak nyangka, buku yang tergolong tipis ini mampu menampung cerpen sebanyak itu.

By the way, aku memiliki sebuah kebiasaan khusus jika membaca kumcer. Aku selalu menelaah bagian ‘daftar isi’ dan mencari-cari judul yang paling menarik, dilanjutkan ke judul-judul berikutnya. Aku pikir ini bukan kebiasaan baik, ya. Pasti kalian pernah denger yang beginian: jangan judge karna lo bukan hakim.. #lupakan!

Rentak Kuda Manggani, dari cerpen sebanyak itu, ada sebuah cerpen yang berjudul Rentak Kuda Manggani. Aku tidak tahu, mengapa tim penerbit akhirnya ‘mengangkat’ judul cerpen ini menjadi judul keseluruhan yang mewakili.
Mari kita bicara soal penampakan sampul!
Aku sangat menyukai desain dari sampul buku ini. Desain yang simpel tetapi sangat ‘meyakinkan’.

Dan… jujur saja, semua penulis yang karyanya memenuhi setiap lembar buku ini masih tergolong baru bagiku. Aku belum pernah membaca karya-karya terdahulu mereka. Dan.. aku menemukan beberapa penulis yang ‘bukunya wajib baca’, and.. looking forward to their next project!

Karena banyaknya isi cerita dalam buku ini, aku hanya akan mereview beberapa cerita yang aku suka.
nb: no particular order

  • Menjadi Jangkrik oleh Benny Arnas
    Aku menyukai cerpen ini. Bukan karena jalan cerita yang ‘aku banget’ sehingga ‘aku suka’. Tapi gara-gara cara penyampaian cerita yang dilakukan oleh penulis. Cerpen ini sama sekali tidak ‘mengandung’ percakapan antar tokoh meski diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Sebenarnya, tidak ada yang aneh dalam hal ini, mengingat bahwa cerita ini merupakan cerpen.
    Disisi lain, penulis benar-benar tahu cara mencari judul yang membuat pembaca tertarik.

Pada akhirnya, cara paling indah untuk melawan kebohongan yang dilegalkan dan dimaklumatkan adalah dengan mengabaikannya.

  • Gisela Meine Rose by Granito Ibrahim
    Cerita ini mengambil latar waktu dimasa peperangan dan bercerita tentang seorang pria bernama Heinz yang berjuang dalam pasukan peperangannya dan seorang wanita Gisela yang sabar menunggu.
    Cara penulisan penulis dalam menggambarkan suasana peperangan membuatku kagum, apalagi diselipi suasana mellow. Terlebih lagi, akhir (yang tidak benar-benar akhir) yang cukup mengagetkan.

“Demi Gisela, lakukan apa yang aku katakan! Atau semuanya akan terlambat.”

  • Love, Halley, and War oleh Ade Ferdiansyah
    Sama seperti cerpen diatas, cerita ini juga mengambil latar waktu dimasa lalu dan latar tempat yang mendominasi adalah masa peperangan. Yang membedakan hanyalah alur yang cepat. Dari tahun 1910 sampai 1980-an.
    Cerita ini juga bercerita tentang dua kekasih yang harus dipisahkan karena adanya peperangan. Sang lelaki yang terus memperjuangkan cinta mereka ditengah peperangan dengan menulis surat secara berkala. Hanya saja, si perempuan tidak pernah membalas surat-surat tersebut.
    Sebenarnya… apa yang terjadi?
    Mungkin, dari semua cerpen yang terdapat dinovel ini, aku paling menyukai cerpen ini. Membaca cerpen ini membuatku teringat novel karya Nicholas Sparks yang berjudul The Longest Ride. Percakapan-percakapan yang sederhana dan manis. Pengorbanan tokoh utamanya sangat bikin baper.

“Aku bukan takut karena peluru atau semacamnya, yang mungkin saja bisa membuatku lumpuh seumur hidup atau bahkan mati. Tetapi yang aku takutkan adalah kehilangan kamu. Merpati kecil yang sangat aku cintai.

  • Rentak Kuda manggani by Zelfeni Wimra
    Bercerita tentang seorang pria diusia lansia yang memiliki banyak penyesalan dihidupnya. Menyesali sekaligus mensyukuri pilihan yang diambilnya dimasa lalu. Kini, disaat usianya yang tidak lagi muda, pria itu memutuskan untuk ‘menyusuri’ kembali masa lalunya. Ingatannya selalu melayang kepada perempuan berbau cengkih itu.

Kembali ke rumah masing-masing adalah kembali memasuki diri. Mengetuk dan menyapa ruang-ruang perenungan. Menghirup napas sedalam mungkin sehingga bisa memaknai kesendirian.

-Giveaway Time-

Penasaran dengan cerpen-cerpen lainnya? Ikuti giveaway dan menangkan satu buku Rentak Kuda Manggani dan satu buah novel terbaru dari Diva Press untuk satu pemenang. 

Syarat:

  1. [Wajib] Follow twitter @divapress01 atau like FanPage Penerbit DIVA Press
  2. [Tidak Wajib] Follow twitter @viionna_ atau instagram @viionna
  3. [Wajib] Share link giveaway ini ditwitter dan mention @divapress01 dan @viionna_
  4. [Wajib] Menjawab pertanyaan ini dikolom kometar dibawah dengan Format:
    Nama:
    Link Share:
    Jawaban:

Ceritakan pengalaman menarik yang pernah terjadi dihidupmu! Kalau dijadikan cerpen, menurutmu bakal dikasih judul apa sih?

1441535282764

[Periode giveaway: 21-27 September 2015/ Pengumuman pemenang: 28 September 2015]

23 thoughts on “[Blogtour + Giveaway] Rentak Kuda Manggani

  1. nama : Shofi Lutfiana
    link share : https://mobile.twitter.com/LutfianaShofi/status/645772314345254913?p=v

    Pengalaman menarik yang pernah saya alami adalah ketika saya masih sekolah tingkat MI/SD,ketika libur sekolah kami bermain di sungai dan kami membuat sebuah perahu dari batang pisang dan,saya dan sahabat saya menaiki perahu itu bersama sama dan ketika sampai di tengah tengah sungai perahu itu tenggelam kita pun jatuh dan basah kuyup tapi kita tetap merasa senang dan tertawa bersama tapi sekarang kita sudah remaja dan jarang bermain lagi bahkan tidak pernah lagi saya merasa rindu dengan momen indah itu..mungkin kalau dibuat cerpen saya akan kasih judul Antara Aku,Sahabat dan Perahu..

  2. Nama: Susi Ernawati
    Link Share: https://twitter.com/Susierna/status/645784979436269568
    Jawaban: Pengalaman ketika awal-awal naik sepeda. Waktu itu usia sudah cukup besar. _Tak seperti anak sekarang yg hampir semua punya dan bisa naik sepeda, zaman dulu jarang yang punya dan harus pinjam bergantian. Kala pertama bisa, rasanya seperti terbang dan menguasai dunia. Itu strong feeling dan masih teringat krn seminggu kemudian aku dilarang pinjam lagi dan rasanya seperti balon udara yg dikempeskan oleh patukan burung. hahahaha.
    judul yg pas menurutku adalah “Belajar Terbang”

  3. nama : Aula Bilal
    Link Share : https://twitter.com/Virionheart/status/645782097085358080
    Jawaban :
    pengalaman menarik yang pernah terjadi dalam hidup sih, menurut saat aku dan tiga teman kostku nekat muncak untuk merakan tahun baru. sebenarnya hal itu bukan masalah mau merayakan apa tidak, tapi di kost2an hanya tersisa kami ber4, teman-teman yang lain pada mudik. saat malam-malam ngobrol eh tanpa sengaja tercetus untuk muncak ke Sikunir. jadinya malam itu kami langsung berburu keperluan untuk kemping dan paginya kami langsung meluncur. dengan dua motor kami saling berboncengan dan aku adalah seorang boncenger sejati 😀 ogah dan gak mau jadi sopirnya, tapi ya harus menggendong tas ransel yang maha berat dan besar. perjalanannya gokil, 7 jam. bokong sampe tepos dan punggung berasa lepek. tapi untungnya sepanjang perjalanan pemandangannya sangat amat bagus. dan karena itu pula saat menanjak karena keasikan foto-foto aku sampai terbalik jatuh ke belakang karena beban ransel yang terlalu berat. untung aku tak apa2, cuma kaget dan untung tak sampai terperosok ke jurang. tapi tiga temanku emang keterlaluan, masak gak mau gantian bawa ransel yang berat ini. termanku yang satu yang juga boncenger cuma bawa ransel yang sedang. yah, tapi itu semua kini menjadi kenangan yang tak terlupakan. toh beban ransel ini saat pulang nanti juga bakal berkurang, orang isinya kayu bakar. gila emang temanku yang menjadi sopirku ini, sudah dibilangin gak usah bawa kayu bakar banyak2, ntar kan bisa nyari disana tapi masih saja ngotot.
    Kalau ku jadikan cerpen, pengalaman ku itu akan ku beri judul RANSEL SIKUNIR

  4. Nama : Irfan R
    Link : https://mobile.twitter.com/irfansebs/status/645787255651479552?p=v

    Jawaban : Aku pernah mati sekali. Bukan. Bukan karena dibunuh ataupun bunuh diri. Bukan perkara jiwaku melayang lalu pergi ke dunia seberang. Aku mati, rasaku pergi.

    Ujian Nasional 2013, semuanya bermula. Gadis berhijab sedada itu tersenyum manis kepada teman satu sekolahnya. Geliginya putih bersemayam dibalik merah bibirnya yang polos dari polesan gincu.

    Itu mungkin yang membuatku tertarik. Atau mungkin kacamata berbingkai hitam yang ia kenakan, aku tak tahu. Tak pernah tahu.

    Puji Tuhan temanku mengenalnya. Temannya temanku ternyata satu sekolah dengannya. Memang sekolahnya saat itu menggunakan gedung sekolahku untuk melaksanakan ujian. Di bawah langit mendung Bogor, aku berkenalan.

    Canggung. Hijab putihnya benar benar membuat dinding tipis tak terlihat, tak tertembus. Menatap matanya pun aku segan.

    Hanya berbalas pesan singkat yang bisa kulakukan. Dia begitu berbeda, begitu ceria. Pun aku, tak malu merayu.

    Layaknya rasa setipis kulit kacang, lama kelamaan memudar. Ia mulai tak membalas pesanku, pun aku. Kami menghilang, kami lelah berjuang.

    Satu dua wanita datang mengganti posisinya. Namun tak seperti dia yang rajin mengingatkanku untuk shalat. Mengajariku doa qunut. Mengajariku tata cara shalat dhuha.

    Dia tak terganti. Dan aku mulai mati.

    Februari 2015 dia menikah. Dengan seseorang yang jauh lebih tua. Kulihat curahan rasanya yang ia tulis di media sosial, ia tak bahagia.

    Namun apa dayaku? Kau telah memilihnya. Jika aku sanggup merusak hubungan yang disatukan atas nama Tuhan, maka matilah saja aku dihimpit pedih.

    Mungkin judulnya Rasa. Karena itu adalah hal yang mudah timbuh mudah pula tenggelam. Esensi jiwa, intisari raga.

    Terima kasih sudah mendengarkan

  5. Nama : Diki Siswanto
    Link Share; https://twitter.com/diki_twips/status/645860418204790784
    Jawaban:

    pengalaman paling menarik di hidupku adalah sewaktu ikut lomba matematika

    Ceritanya diawali ketika awal bulan agustus yang lalu, sekolah tempat saya belajar diundang buat ngikutin lomba matematika tingkat SMA di kabupaten. Karena undangan tersebut, ibu guru menunjuk satu tim yang terdiri atas 2 orang.

    Dan yang ditunjuk buat ikutan lomba itu adalah saya dan temen sekelas ku, namanya Ica. Waktu itu saya seneng banget. Yah gimana gak seneng coba? Dari sekian banyak siswa, saya termasuk salah satu yang ditunjuk.

    Akhirnya, hari demi hari saya latihan buat persiapan lomba itu. Lombanya sendiri bakal dilaksanakan akhir bulan agustus, tepatnya tanggal 30 dan semuanya harus dipersiapkan

    *Pas hari H*
    Saya berangkat menuju tempat lomba yakni di SMA 1 Masamba dianterin sama pak Febri, guru sejarah di sekolahku. Perjalanan menempuh waktu kira kira setengah jam. Gak terlalu lama menurutku

    Lomba kira kira dimulai jam 9 pagi. Semua peserta disuruh memasuki ruang lomba. Cukup deg degan. Jujur sebelum lomba dimulai, saya sangat PD dan punya firasat bakal menang di lomba itu
    Tapi…., jreng jreng jreng *dramatis* selesai soal dibagikan, lembar demi lembar soal saya baca, bussyeet susahnya minta ampun. Ku tengok kanan dan kiri semua hening. Entah peserta lain lancar ngerjainnya atau bernasib sama sepertiku 😀

    Namun, tak hanya sampai disitu. Usai lomba, saya bersama temenku tadi, si Ica masih harus berjalan kaki sejauh kira kira 600 meter agar sampai di jalan raya dan rela naik angkot agar bisa pulang nyampe rumah.

    Sungguh, pengalaman yang paling tidak bisa dilupakan. dan kalau di buatkan cerpen, mungkin akan saya kasih judul “Apes”

  6. Nama: khairun nisa’
    Link share: https://twitter.com/chacil5s/status/645937127415414784
    Jawaban:

    Pengalaman menarik dalam hidup saya adalah saat saya berada di dalam kelas yang gila selama 3 tahun lamanya..

    Saat SD saya termasuk ke dalam anak pendiam–sangat. Saya tak bisah mengungkapkan perasaan saya secara terang-terangan ketika ingin.

    Ketika pramos SMP saya sangat grogi karena saya tidak bisa langsung berbaur dengan yang namanya teman baru

    Untung saja ada beberapa teman yang menyapa saya terlebih dahulu–dan berkenalan. Saya sangat senang tentunya.

    Setelah tiga tahun lamanya berada di dalam kelas gila ini, banyak yang berubah dalam diri saya. Saya jadi bisah lebih berbaur dengan teman baru serta saya dapat mengutarakan apa yang terdapat dalam hati saya–tidak lagi saya pendam.

    Jika pengalaman saya ini dijadikan cerita saya akan memberi judul “180 derajat”

  7. Nama: khairun nisa’
    Link share: https://twitter.com/chacil5s/status/645937127415414784
    Jawaban:

    Pengalaman menarik dalam hidup saya adalah saat saya berada di dalam kelas yang gila selama 3 tahun lamanya..

    Saat SD saya termasuk ke dalam anak pendiam–sangat. Saya tak bisah mengungkapkan perasaan saya secara terang-terangan ketika ingin.

    Ketika pramos SMP saya sangat grogi karena saya tidak bisa langsung berbaur dengan yang namanya teman baru

    Untung saja ada beberapa teman yang menyapa saya terlebih dahulu–dan berkenalan. Saya sangat senang tentunya.

    Setelah tiga tahun lamanya berada di dalam kelas gila ini, banyak yang berubah dalam diri saya. Saya jadi bisah lebih berbaur dengan teman baru serta saya dapat mengutarakan apa yang terdapat dalam hati saya–tidak lagi saya pendam.

    Jika pengalaman saya ini dijadikan cerita saya akan memberi judul “180 derajat”

  8. Nama : Ita Fiana
    Link share : https://twitter.com/FianaDG/status/645944061438771201

    Pengalaman menarik yang pernah aku alami dalam hidup, pastilah sangat banyak. Namun tak mungkin aku ceritakan semuanya. Ada salah satu pengalaman yang sangat berkesan dan tak terlupa hingga saat ini. Begini ceritanya..
    Sekitar tiga tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki. Dia adalah anak pertama dari penikahanku. Seharusnya ini menjadi sebuah kebahagiaan yang berarti bagiku dan keluarga karena selama hampir memasuki usia tiga tahun pernikahan, kami baru di karuniai keturunan. Tapi nyatanya kepedihanlah yang kami rasakan. Bagaimana tidak, anak yang aku lahirkan dengan susah payah itu sudah tak bernyawa lagi ketika hadir di dunia. Bayiku, bahkan tak sempat melihat bagaimana dunia ini. Ia hanya menikmati masa di dalam kandunganku selama sembilan bulan. Dan tanpa melihat dunia luar, dia sudah kembali ke alam dari mana ia berasal.

    Saat mengetahui kenyataan pahit itu, tentulah sangat menyakitkan. Sampai-sampai aku merasa ingin mati bersamanya. Tak peduli lagi apa yang ada di sekelilingku. Orang lain bisa dengan mudah menyuruhku untuk bersabar dan ikhlas. Tapi apakah mereka tahu bagaimana sakitnya, bagaimana hancurnya hati ini? Mereka tak pernah bisa merasakan apa yang aku rasakan.

    Aku masih ingat, betapa hampanya hidupku saat itu. Aku tak lagi punya semangat untuk hidup, aku terpuruk dalam kesedihan yang mendalam, bahkan aku hampir saja melupakan tanggung jawab sebagai seorang istri.
    Tapi rupanya Allah menunjukan kebesarannya padaku melalui sebuah mimpi yang hingga sekarang masih membekas di ingatanku.

    Dalam mimpi itu, aku berjalan menuju masjid yang biasa ku jadikan tempat untuk mengajar anak-anak mengaji, dulu. Aku melihat banyak anak-anak disana. Dan ketika langkah kaki ini ku arahkan kedalam Masjid, nampak seorang yang sangat mirip denganku, entah siapa dia, terlihat sangat bersahaja.
    Wanita yang wajahnya sangat mirip denganku itu menatapku penuh damai dan tersenyum. Sembari tangannya yang memegang spidol menujuk papan tulis bertuliskan kata “IKHLAS”, dia berbicara padaku. “Yang namanya Ikhlas itu bukan sekedar ucapan di mulut. Tapi Ikhlas itu harus murni adanya dari dalam hati. Karena sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan hanya pada -Nya lah kita akan kembali.”
    Aku sudah sering mendengar kata-kata seperti itu dari sanak saudara, sampai aku bosan dan muak dengan kata-kata seperti itu. Tapi ketika wanita yang ada alam mimpiku itu yang berbicara, rasanya berbeda. Itu seperti bisa merasuk langsung kedalam hatiku. Seperti sebuah obat yang secara perlahan menyembuhkan cidera dalam hati ini. Saat aku terjaga dari mimpiku itu, aku menangis. Menyesali apa yang telah ku perbuat selama ini. Aku merasa sangat hina karena telah menyangka bahwa Allah itu jahat, tanpa tahu berapa banyak nikmat yang telah di berikan padaku. Aku benar-benar menyesal telah tenggelam oleh egoku sendiri. Seharusnya aku percaya bahwa memang begitulah takdir yang harus di jalani, karena suatu saat pasti akan ada cara lain untuk bahagia.

    Itu pengalamanku, kalau di jadikan cerpen, mungkin akan ku beri judul “Wanita Dalam Mimpi”

  9. Nama : Rahayu Budiyani
    Link share : https://mobile.twitter.com/I_amrahayuu/status/646185205838020608?p=v

    Pengalaman yang paling menarik yang pernah kualami adalah ketika hujan datang dimasa dimana aku masih mengenakan seragam putih abu. Ini mungkin konyol atau kekanakan. Tapi percayalah ini sangat menyenangkan. Ketika aku dan teman-teman serentak menikmati hujan ditengah lapangan sekolah. Bermain-main, berlari, berputar, dan tertawa. Melupakan kenyataan bahwa kami bukanlah anak-anak berusia lima tahun melainkan anak remaja SMA yang tentunya sudah bisa membedakan mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Ya, kami memang bukan anak kecil lagi, tapi siapa yang tak rindu masa kecil seperti itu? Kami tidak melakukannya hanya karena kesenangan semata. Tapi juga untuk melepas rindu masa kecil dimana kami bisa bebas melakukan apapun yang anak-anak sukai. Seperti mandi hujan bersama kawan-kawan disekitar tempat tinggal kita, hanya tahu tertawa dan bermain, serta tak pernah memikirkan tugas dan permasalahan remaja. Ya, itulah pengalaman menarik yang membekas dibenakku. Mungkin akan kupilih “Kita dan Hujan”.

  10. Nama: Aya Murning

    Link share:

    Jawaban:

    Pengalaman menarik? Mungkin ini lebih cocok disebut pengalaman ngenes. Tapi kalau sekarang sih tiap diingat lagi malah jadi lucu aja, bawaannya jadi pengin ketawa. 😀

    Ceritanya dulu waktu masih SMA itu kami (semua kelas) wajib ngaji dulu setelah bel masuk. Tapi gegara lagi ada PR yang susah banget pas dikerjain di rumah, jadinya mendesaklah kami pada belajar kilat dan nyatet jawaban yang dirasa ‘lebih benar’ meski bel masuk sudah bunyi. Oleh karena itu, mayoritas murid di kelas kami yang PR-bya belum kelat jadi pada nggak ada yang ngaji.

    Karena tiap kelas dipasang CCTV, guru bisa mantau dari kantor. Gegara dilihatnya kami rata-rata nggak ada yang ngaji dan malah sibuk nulis PR, si guru langsung ngomong galak di toa:

    “Hey kalian! Kelas 12IPA4. Sekarabg waktunya ngaji! Nggak ada yang nulis PR di kelas! PR itu di rumah! Ngaji sekarang juga!”

    Kena tegur begitu, kami langsung freeze di kelas, saling lirik-lirikan. Tapi bukannya langsung ngaji, eh kami malah lanjut nulis PR. Soalnya PR itu untuk jam pelajaran pertama dan gurunya killer sangat. Kalau ada yang nggak ngerjain PR, matilah kita.

    Nahan malu gegara si guru ngomong di toa dan didengar seantereo sekolah, tetep aja lanjut nulis. Nggak lama dari itu, si guru malah datang ke kelas kami. Jederrrr! Kami diteriakin dan disuruh ke lapangan semuanya. Dihukumlah kami di tengah lapangan yang cuacanya sedang amat terik sambil dihujani ceramah ini itu. Ya emang salah kami sih, bebal. Mendahulukan PR daripada ngaji. Udah diteriakin di toa, dilihatin oleh seluruh kelas melalui jendelanya, disorakin pula nih. Apalagi oleh murid-murid IPS tuh. Hih! #KZL

    Eaaaaak, udah dijemur panas-panas, PR pun terbengkalai. Tinggal nunggu nasib dikeramas pada babak ke-2 oleh si guru killer.

    Setelah puas dijemur dan di suruh masuk lagi ke kelas, guru killer pun datang. Udah niat mau kumpul PR dengan tulisan yang seadanya dan mengikhlaskan nasib kalau semuanya akan disebat pakai rotan. Tapi, ternyata gurunya nggak inget kalau nggak ngasih PR dan lanjut aja ngasih materi. #teler

    Mamaaaaak! Amangtaheee, kalau tau begini mah buat apa juga repot-repot nyalin jawaban sampe ngelewatin ngaji trus dijemur di lapangan. 😥

    • Eh, maap ada yang ketinggalan.

      Kalau harus dikasih judul, akan aku namai “Keramas”. Soalnya memorable banget sih pas kejadian di ceramahin sambil dijemur di lapangan itu. 😀

  11. Nama : Agatha Vonilia Marcellina
    Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/646319539408367617
    Jawaban :

    Pengalaman menarikku adalah sewaktu mengajari di TK. Di akhir masa kontrakku, aku mendapat suatu peristiwa yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku. Anak autis bersekolah di sekolah biasa. Orang tua anak tersebut sudah diberi pengertian beberapa kali oleh wali kelas dan kepala sekolah, tetapi dia tetap memaksa anak autisnya mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya. Dia tidak ingin anaknya dipandang sebelah mata dan berusaha memberikan hal terbaik bagi anaknya. Pada akhirnya, di kelas anak autis tersebut malah mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Para guru hanya mengeluh dan angkat tangan tidak dapat mengatasi ulah si anak. Si anak sungguh hyperactive. Tidak jarang juga malah mengganggu teman-teman sekelasnya dan membuat takut mereka. Tidak ada yang satu anak pun yang mau duduk bersama anak autis itu. Sempat terjadi pertengkaran, susah sekali memisahkan si anak autis dengan teman sekelasnya pada waktu bertengkar. Wali kelas memisahkan anak autis dari teman-temannya dan ini sama saja dengan mendiskriminasi anak tersebut. Kadang kalau aku membantu di kelas si anak autis, aku pasti ngajak dia main bersama. Menurutku, dia hanya butuh teman yang mau dia ajak main bukan belajar. Waktu mengajarinya pun, harus penuh ketenangan dan kesabaran. Anak itu akan menurut jika kita tidak memarahinya. Dengan mendudukkan dia sendirian, malah akan membuat dia mencari perhatian terus-menerus. Dia juga tidak dapat beradaptasi dengan baik bersama teman-temannya. Pengasingan akan ketakutan teman-temannya tidak menjadi alasan dia diperlakukan tidak sama dengan yang lainnya. Judul cerpen jika aku ingin menceritakan kisah anak autis tersebut adalah “Children Out of Range”.

  12. Nama : Yulia Muflihah
    Link Share : https://twitter.com/yulia_muflihah/status/646550903546249216
    Jawaban :
    Pengalaman menarik yang pernah saya alami terjadi satu tahun lalu. Pada saat itu, saya dipasangkan dengan seseorang yang saya kagumi sejak kelas X SMK dalam sebuah acara perpisahan sekolah tahun 2014. Semenjak kejadian itu, kami berteman baik. Saya tidak menyangka akan berteman baik dengannya, karena sebelumnya saya hanya bisa mengenalnya dari jauh. Jika dijadikan sebuah cerpen, mungkin judul yang cocok adalah “Rahasia”.

  13. Nama: Heru Nur Cahyono
    Link Share: https://twitter.com/HeruNC_/status/646619859283918848

    Jawaban:
    “Saat masih SD, pas hari libur, aku dan teman-teman pergi ke sawah nyari sarang burung. Saat ada pohon yang di atasnya ada sarang burung, salah temenku langsung manjat pohon itu. Lalu, tiba-tiba ada orang gila lewat dan marah-marah sambil ngelemparin kami batu. Aku dan teman-temanku yang nungguin di bawah pohon tadi langsung berhamburan lari sambil ada juga yang balas ngelempar batu, sementara satu temanku masih di atas pohon sambil teriak minta ditungguin. Untungnya, orang gila itu tak lama langsung pergi. Tapi apesnya, sarang burung yang kami tuju tak ada hasilnya.

    Kalau dibuat cerpen, mungkin judulnya, “Kegilaan Orang Gila”

  14. Nama : Dian Artati
    Link Share : https://twitter.com/d_anarta/status/646130361248841728
    Jawaban :
    Aku pernah mengalami momen yang bagiku memalukan. Hari itu aku menghadiri resepsi pernikahan salah satu teman kuliah. Saat di lokasi, kusalami satu per satu mbak-mbak yang bertugas menyambut tamu. Tak lupa kuberikan sebuah kado yang sudah kusiapkan dari rumah. Lalu kuhampiri seorang mbak yang bertugas memberikan piring dan sendok. Dia tersenyum manis, aku pun begitu. Setelah menerima alat-alat makan itu, kuhampiri sebuah meja prasmanan besar. Di atas meja itu berjejer aneka makanan. Hal pertama yang kulakukan adalah mengambil sepiring nasi. Lalu beranjak menuju sebuah piring besar yang berisi setumpuk daging ayam. Alhasil aku mematung sesaat dan membatin, ‘kayaknya enak nih. Bolehlah ‘disikat.’ Lalu aku segera memilih sepotong daging ayam itu. Setelah ritual memilih makanan selesai, aku segera mencari kursi kosong untuk kududuki. Akhirnya kutemukan sebuah kursi kosong di barisan tengah sebelah pinggir kiri. Aku segera duduk dan menikmati santapan yang sudah kupilih tadi. Hingga momen memalukan itu akhirnya terjadi. Saat garpu di tanganku mulai bergerak menusuk daging ayam itu. Tetapi yang terjadi adalah daging ayamnya terjun bebas. Dia melompat beberapa senti ke kursi sebelah kanan dan mendarat tepat di bawah kursi itu. Sumpah, saat itu juga rasanya ‘freeze’ banget! Sampai aku tak berani tengok kanan-kiri. Oh, daging ayamku. Hik..hik.. T_T Kalau dijadikan cerpen, judul yang kuberikan adalah “Aku dan Sepotong Daging Ayam”.

  15. Nama : Aditya Septiawan
    Link Share : https://twitter.com/aditseptiawan_/status/646665743644295168
    Jawaban :
    Pengalaman paling mebarik yang pernah saya alami adalah saat kelas tiga SMP. Saat itu saya bersama teman saya yang bernama Agung, dan Yuda sering melakukan hal yang konyol terutama di jalan. Mungkin ini bisa dibilang agak meresahkan masyarakat, tapi disitu ada rasa yang sangat menyenangkan yang kami alami.
    Yang sering kami lakukan adalah menyapa orang-orang di jalan dengan kata “Ya!”, menendang tempat sampah, memasukkan kertas berbentuk amplop yang kosong ke dalam kotak surat, dan masih ada beberapa lagi hehe. Namun, kebiasaan itu berakhir ketika kami sudah lulus SMP, karena kami bertiga juga terpisah sekolahnya.
    Kalau dijadikan sebuah cerpen, saya akan memberi judul “Tiga Menggila di Jalan”

  16. Nama: Muhrodin AM
    Link Share: https://twitter.com/MuhrodinAM/status/646833796650676224

    Bismillahirrohmanirrohim…
    Sebuah kisah yang darinya Tuhan mengajarkan arti kesabaran dalam hidupku.
    23 April 2007*
    Sudah hampir satu tahun aku disini, tepatnya di persinggahan suci bernama Al-ihya ‘Ulumaddin. Sejak pertama kali aku menginjakan kaki di tanah jawa ini, belum pernah sekalipun aku meninggalkan tempatku ber-tholabul ‘ilmi. Selain karena memang peraturan pesantren yang tak memperbolehkan para santrinya untuk bermain-main, juga karena aku yang memang tak ada kepentingan untuk pergi meninggalkan pesantren ini.
    Hari ini, salah seorang teman menawariku untuk ikut ke rumahnya ; menemani mengambil bekal atau uang saku yang tidak bisa diantarkan oleh orang tuanya.
    Sebelum berangkat, kusempatkan untuk menulis surah pendek – surah An-naba’- pada sebuah kertas, karena targetku memang tiga hari kedepan aku harus sudah hafal dan khatam. Karena Khataman Juz ‘Amma adalah salah satu syarat wajib sebagai santri di Pondok- pesantren Al-ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan 1 Cilacap.
    Setelah mendapatkan ijin dari pengurus komplek, aku dan temanku-pun langsung berangkat menuju Stasiun Maos. Ah, alangkahnya sialnya, ternyata tiket untuk ke Jawa Barat sudah habis. Dan terpaksalah kami harus berangkat naik Bus. Aku yang waktu itu memang belum pernah kemana-mana, menurut saja dengan temanku. Termasuk waktu kami kemalaman diperjalanan dan harus menginap disebuah Masjid di alun-alun Majenang. -Waktu itu aku sedang menjalankan tirakat puasa selama satu tahun yang sudah di ijazahi oleh seorang kiyai dari Cilongok-. Setelah sedikit mengisi perut, kami-pun bermalam di Masjid Agung ‘Mujahidin’.
    ***
    Alangkah terkejutnya, ketika tiba-tiba, usai menjalankan ibadah sholat shubuh, Ia meminta ijin dan menyuruhku untuk menunggunya disitu.
    “Aku mau menemui temanku di Pondok El-Bayan, Kamu tunggu disini sebentar, ya?”. Pintanya padaku. Aku sempat menolaknya, karena aku merasa tidak enak sendirian berlama-lama di Masjid itu, namun karena dia tetap memaksa, akhirnya akupun meluluskan permintaanya.
    Berjam-jam aku menunggu, hingga waktu sholat dzuhur telah usai ia belum datang juga. -Mungkin waktu itu aku hampir putus asa- kalau saja Tuhan tak mengirimkan sinyal kesabaran dalam hatiku. Tak lama setelah itu, temanku datang, dan kami-pun melanjutkan perjalanan menuju Terminal Banjar. dilanjutkan sampai di Pasar Banjarsari, kemudian kami naik ojek untuk bisa sampai di rumah orang tuanya.
    ***
    Alhamdulillah… disana ternyata aku disambut dengan suka cita, bahkan orang tuanya begitu perhatian kepadaku. Aku tak menyangka, dalam perbincangan malam itu, ternyata orang tuanya memintaku setelah aku lulus sekolah nanti, untuk menikah dengan adik temanku.
    Siapa aku? Hingga beliau begitu percaya kepadaku. Padahal kami baru saja kenal sehari, tapi beliau begitu yakin, hingga sampai kepercayaan dan kasih sayangnya begitu besar terhadapku. Membuat aku menjadi bingung dan serba salah.
    “Ibu berharap, besok kalau sekolah dan pondoknya libur, kamu main kesini lagi, ya?”. Itu adalah sedikit kata-katanya yang masih kuingat sampai sekarang.
    Tapi jodoh kita memang tak pernah tahu, hingga kini kami harus kembali lagi ke pesantren, karena masa ijin kami sudah habis.
    Ada sedikit rasa sesal dalam hatiku, meski disitu aku diperlakukan layaknya seorang raja, tapi aku kalah dalam hafalanku, ternyata selama tiga hari aku disitu, aku hanya mampu menghafal beberapa ayat saja dari surah An-naba’, ah, Tuhan, lalai sekali hambamu ini…
    “Kamu pulang sendiri, ya, Aku masih ingin di Rumah!”. Kata temanku ketika kami sedang duduk-duduk di kamar.
    “Kenapa kamu nggak ke pondok hari ini? Waktu ijin kita kan, sudah habis!”. Aku terus mencoba mengajaknya untuk kembali ke pesantren hari itu juga, tapi sia-sia. Ia tetap bersikeras untuk kembali ke pesantren beberapa hari lagi. Aku-pun pasrah.
    Dan ketika aku hendak pamit kepada kedua orang tuanya, aku terkejut, Ayahnya begitu murka, setelah mengetahui aku hendak pulang sendirian.
    “Ayah nggak mau tahu, pokoknya kamu harus berangkat hari ini juga!, kalau kamu nggak mau, biar Ayah yang mengantar temanmu ke pondok, dan Ayah akan membawa semua barang-barangmu untuk dibawa pulang. Dan kamu tidak usah mondok lagi! ”. Sungguh, aku begitu sedih mendengarnya. Hingga tak terasa aku mulai tergugu ketika aku berkata-kata…
    “Nggak apa-apa, Pak, Bu, Mungkin Rahmat masih ingin di Rumah, Insya Allah pengurus tidak akan menghukumnya kalau dia terlambat datang ke pondok. Aku nggak apa-apa pulang sendiri saja, selain takut ketinggalan pelajaran, juga karena aku sudah berjanji akan kembali ke pondok lagi hari ini”.
    “Tidak bisa, pokoknya Rahmat harus ke pondok bareng sama kamu. Bapak nggak akan membiarkan kamu berangkat sendirian, le…!”. Kata-katanya semakin membuat aku tergugu, hingga tak terasa dekapannya mengingatkan akan kasih sayang orang tuaku di seberang samudera.
    Akhirnya, setelah menjalankan ibadah sholat jum’at, Rahmat mau berangkat kepondok bersamaku, -tentunya setelah berkali-kali dinasehati oleh orang tuanya-. Meski kulihat, raut wajahnya menyiratkan kekecewaan.
    ***
    Di sepanjang perjalanan, kami banyak diam. Dan ketika Ia berbicara denganku, masih tampak jelas kekesalannya tersirat dalam kata-katanya.
    Aku pasrah, ketika kami sampai di Rawalo, Banyumas, sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Benar saja sudah tidak ada Bus yang lewat. Dan moment ini ternyata lagi-lagi harus menguji kesabaranku. Aku disuruh jalan kaki sampai ke pondok. Astaghfirullohal’adzim… perjalanan masih begitu jauh, dan bodohku, aku tak berpikir untuk naik ojeg, malah terus berjalan mengikuti langkahnya yang semakin jauh meninggalkanku.
    Dalam seduku, aku teringat dengan segala kebaikan dan kasih sayang yang orang tuanya berikan kepadaku. Ah, Andai saja mereka tahu… !!!
    Aku terus berjalan menyusuri gelapnya malam, kini temanku benar-benar sudah tak terlihat lagi. Dia telah jauh meninggalkanku sendirian menapaki perjalanan malam yang panjang. Aku hanya bisa pasrah kepada Tuhan, hingga lewat seseorang yang baik hati, Ia ternyata menuntunku pada sebuah Pesantren di Panisihan, Maos Lor. Yang kutahu akhirnya, ternyata pengasuhnya adalah Alumni Pondok-pesantren Al-ihya ‘Ulumaddin.
    Aku tak habis pikir, kenapa sepotong episode ini begitu membuatku merasa sangat teraniaya. Tapi sungguh, aku sudah memaafkannya…[]

    Judulnya mungkin; “Tuhan, Dekap Daku dalam Kasih-Mu” 🙂

  17. Nama : Piska Lestari
    Link Share : https://twitter.com/ChoKyu00/status/646920027770220544S

    Jawaban:

    Pengalaman menarik yang terjadi padaku yaitu ketika berperan seolah-olah menjadi detektif. Aku memiliki dou sahabatku yang sangat suka sekali dengan info” tentang kriminalitas serta kasus gitu. Jadi suatu hari kami bertiga ini -Yaitu aku, riris dan ica mendengar kabar dari UI kalau ada kasus tentang meninggalnya seorang mahasiswa di UI yang belum tau kepastian sebab meninggalnya. Nah, setelah mendengar kabar itu, entah kenapa aja kami bertiga ini langsung senyum-senyum seolah misterius gitu. Yah, biasalah setiap hari emang gaya kami ini pengen keliatan misterius, tapi malah dianggap teman-teman sekelas “Aneh” dan “Alay” dah. Meskipun gitu, tetep aja begitu. Singkat cerita akhirnya kami bertiga merencanakan buat berkunjung ke TKP alias UI nya langsung. Setelah sampai disana, banyak deh yang kami lakuin. Tapi bukan nyelidiki kasus itu, malah muter-muter nyari tempat adem buat berteduh. Setelah cukup lama berteduh, akhirnya kami bertiga memutuskan buat ke tempat kolam -tempat dimana mahasiswa ini meninggal. nah, pas nyampe di situ. Daerah situ udah pada dikasih batas polisi gitu -tanda buat siapapun dilarang ngelewatin pembatas itu kecuali para petugas yang menangani kasus ini. Kami bertiga sih sedikit kecewa gitu, padahal niatnya kami pengen menelusuk daerah situ, malah gak jadi -lagian juga disitu lagi banyak orang yang gak tau lagi ngapain. Alhasil muter-muter lagi dan nemu seminar yang sedang berlangsung buat siapa aja. Gratis lagi. daripada gak ada kerjaan muter-muter, jadi kami memutuskan buat ikut seminar itu. Setelah cukup lama seminar itu berlangsung. Kami udah mulai kewalahan ngedenger omongan” yang bikin ngantuk. Jadi kami saling sender menyender gitu. Nah, pas lagi begini nih, ada suatu kejadian yang bikin aku benar-benar malu plus lucu gitu. Salah satu sahabatku ini -yaitu ica, nyeletuk begini nih pas di nyender dibahuku, “Pis, kok kerudung kamu jigong si.” Jleeb. aku gak tau ini orang mau bercanda atau gimana. intinya aku benar-benar malu banget.Jelas malu lah yah. Samping kiri-kanan belakan depan tuh mahasiswa semua. Mau naro muka dimana lagi coba. Terus pas diangkot juga sama. Posisi juga masih sama, pas angkot ngelewati daerah yang banyak kambing gitu. Entah dia ngeliat kambing atau enggak, tiba-tiba dia ngomong ke riris begini, “Ris kerudung kamu bau tai kambing yah.” haha aku sih ngakak aja, kalau sih riris jangan ditanya, sama kaya pas aku tadi.
    Jadi kasus yang ingin kami selidiki malah berubah menjadi kasus yang lain yaitu “Kasus mempermalukan sahabat sendiri”. aku dan riris jadi korban sedangkan ica jadi tersangkanya.

    Maka akan aku bikin Judul “Kasus Karma” karena awalnya pengen nyeledikin kasus sih korban yang meninggal serta kali aja nemu bukti-bukti yang nunjukin bakal ada tersangka di kasus ini, eh malah kenanya diri kita masing-masing. :3

  18. Nama : Risa Pramita
    Link Share : https://twitter.com/ichapramita/status/647619204158324736

    Jawaban:

    Ditanya pengalaman menarik, mungkin kalau dapet kumcer ini gratis #eh
    Ihihiihik, setidaknya masuk list pengalaman menarik. Habisnya setiap kali ikut blogtour ngga pernah menang :D.
    Kasian, kasian, kasian.

    Emang nasib gue yang belum pernah dapet pengalaman menarik, kecuali pengalaman sial. Tapi, menarik juga kalau
    diceritain. :v KAlau dibikin cerpen gue kasih judul : Jangan dibaca! :v

    Dulu masa kecil gue menyenangkan; bermain bola, mancing bareng, sampai nyuri mangga tetangga bareng #eh. :v Kalau ngga salah sih waktu liburan semester dua, gue diajak mancing di rumah Eko. Katanya ikan lele di kolam deket rumah Eko gede-gede. Emang bener sih, gimana ngga gede? makanannya aja alami (kotoran manusia) :v

    Seperti biasa, gue perempuan sendiri dari geng mbajuk ini. 😀 Sebenernya gue ngga bisa mancing, tapi tetep maksa ikut mancing. Gayanya udah kaya profesional dah pokoknya. :v

    Satu jam kemudian umpan di makan ikan. Wuihh, beratnya ngga ketulungan. Ikannya ngga gede-gede amat tapi perlawanannya yang bikin keringat satu jengkol.
    “Tarik, tarik, tarik,” suara geng mbajuk secara kompak. Gue di posisi depan, ngga sengaja nginjek batu goyang. Akhirnya gue terbang masuk tuh ke kolam. Ngga kebayangkan rasanya masuk di kolam yang ada kotoran manusianya? Bukannya nolongin tementemen gue ketawa. Gila! ga tau apa gue ngga bisa berenang.

    Okeh, fix! Gue buka aib sendiri. Jangan ketawa di atas penderitaan orang. Please! Yang tetep baca jangan ngebayangin deh, takutnya ngga kuat terus mual. 🙂

    Terakhir sukses deh buat kalian semua. 🙂

  19. Nama : Erin

    LInk Share : https://twitter.com/RinShoak/status/646155628944031744

    Jawaban :
    Terkadang cinta itu datang tanpa sebuah alasan, menawarkan harapan dan kesedihan. Namun sebuah kenyataan menimbulkan rasa penyesalan yang mendalam. ah, entahlah itu penyesalan atau kecewa atau hal lainnya, yang pasti cinta ku ini bukan cinta bertepuk sebelah tangan. dia pun memiliki rasa yang sama terhadap ku, karena sebuah alasan yang ta pernah aku ketahui kita ta pernah dipertemukan dalam sebuah ikatan. sampai tiba hari perpisahan itu, meninggalkan seragam abu-abu dan meninggalkan semua kenangan tentangnya. di hari itu aku bermaksud mengungkapkan semua perasaan ku, bukan untuk mengikatnya tapi sebagai salam perpisahan. aku sadar cinta ta harus saling memiliki. aku mencarinya di setiap sudut sekolah hingga akhirnya ku temukan dia. Dengan rasa keraguan dan kembali mengumpulkan rasa percaya diri, Tuhan berkehendak lain karena saat itu aku di panggil ke ruang guru sampai sekolah ku sepi aku ta menemukan sosoknya lagi. kesempatan itu adalah kesempatan terakhir yang telah aku sia-siakan. seharusnya aku mengungkapkan semuanya sebelum ke ruang guru. seperti sebuah pertanda aku dan dia tidak akan pernah bertemu untuk selamanya.
    Dua tahun berlalu, aku menerima sms yang begitu mengejutkan. aku hanya mampu terdiam, terasa mimpi tapi ini nyata, dia yang pernah menghiasi kehidupan sma ku, menghubungi ku setelah dua tahun lamanya. Saat itu aku benar-benar tidak percaya, padahal selama dua tahun ini aku diam-diam mencari tahu kabarnya namun hasilnya selau nihil. ini bukan kesepatan kedua ku tapi ini sebuah keajaiban. Ya, begitulah pikirku. Hampir satu bulan kita berkomunikasi lewat sms dan telepon, akhirnya kita meutuskan untuk jadian. Aku benar-benar bahagia, Tuhan memberikan keajaiban yang sangat luar biasa. Selama dua tahun aku ta mampu untuk meupkannya. dia selau hadir dalam mimpi-mipi indahku.
    Hubungan aku dan dia berjalan satu tahun lebih, bahkan hampir dua tahun apabila kenyataan itu ta terungkap. Sebuah fakta yang mebuat ku ta mampu berkata apa-apa. Tepatnya di hari wisuda aku ditemani sahabat ku sejak SMA, waktu itu aku menitipkan ponsel ku padanya. Sahabat ku yang satu ini memang sangat jail dia mebaca semua pesan-pesan ku, aku sudah tahu itu, ponsel ku tidak akan aman kalau di pegang dia. Setelah upacara ceremony selesai dia bertanya satu hal yang membuat ku aneh “Ini benar nomornya dia?” saat itu wajah sahabat ku tanpa ekspresi “iya” jawab ku. “Ini bukan nomor dia, ini nomor mantanku.”
    ‘speachless’ mendengar itu aku ta mampu berkata apapun, aku ta merasakan apapun entah itu harus kecewa, marah, tertawa, yang aku rasakan dunia benar-benar berhenti. aku ta bisa menangis, aku ta bisa tertawa, dan aku ta bisa berteriak untuk mengungkapkan rasa kecwa. Karena setelah ku pastikan dia memang bukan orang yang selama ini ada dalam hati dan pikiran ku. dia adalah mantan sahabat ku yang juga teman dekat orang yang aku cintai selama ini.
    Selama menjalani hubungan aku ta pernah bertemu dengan dia sekalipun. karena jarak dan waktu menjadi penghalang. Seandainya waktu itu aku paksa dia untuk meluangkan waktu untuk bertemu pasti tidak akan berakhir seperti ini. tidak, seandainya aku sadar dari dulu alasan dia ta bisa bertemu bukan karena pekerjaan dan kuliahnya melainkan karena dia bukan dia. Seharusnya aku sadar ketika dia ta kunjung mengirim foto itu karena dia bukan dia. dia gebetean ku ketika SMA memang ta menyukai dunia maya, bahkan dia ta punya satupun akun medsos. Kisah hidup ku benar-benar menyedihkan karena terlalu percaya padanya orang yang mengaku sebagai gebetan ku. Aku hanya mampu mengutuk cowok brengsek itu. Ini sungguh kisah nyataku yang sangat menyedihkan. Namun itu menyadarkan ku tidak akan pernah ada keajaiban untuk cinta ku. Menyadarkan ku bahwa cinta memang bukan untuk dimiliki, tapi cinta seharusnya saling menghargai dan melindungi.

    Kalau ini aku jadikan novel akan aku beri judul SPEACHLESS “dia bukan dia”. alasan aku memilih judul itu karena saat sma pun aku hanya mampu terdiam mengamati nya.

  20. Rini Cipta Rahayu
    Lihat Tweet @RiniCipta: https://twitter.com/RiniCipta/status/647674179337084928

    Pengalaman menarik yang pernah aku alami adalah ketika pendaftaran ulang di kampus. Jadi aku diterima di kampus yg berbeda pulau dengan tempat tinggalku. Sebenernya bisa dibilang aku gak prepare terlalu bagus ya, nggak memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi. Sehari sebelum hari pendaftaran ulang aku berangkat.
    Prediksinya perjalanan itu sekitar 12 jam dan sampai jam 4 pagi. Tapi ya namanya juga perjalanan pasti ada kendalanya. Ternyata benar! Kapal yang kami tumpangi lama tidak bisa merapat karena terminal kedatangan terlalu padat sehingga mengantre, kami terombang ambing lebih dari 3 jam sehingga waktu sampainya pun terlambat dari prediksi. Belum lagi aku dilewatkan, tidak diturunkan di jalan akan ke kampus. Ya akhirnya dengan tergopoh-gopoh aku sampai H min beberapa menit penutupan pendaftaran ulang. Nggak perduli muka jutek petugas pendaftaran ulang, yang penting berkasku diterima dan dapat di proses. Disitu aku merasa sangat bersyukur. Walaupun dengan segala keterbatasan aku masih bisa mengejar waktu pendaftaran ulang.
    Kalo jadi cerpen, judulnya Luckiest Girl on Earth hahaa.. soalnya gak kebayang aja kalau aku terlambat sampai, pasti aku dianggap gak ikut daftar ulang alias mengundurkan diri. Padahal aku niat banget kuliah disana. Thanks God, again and again 🙂

  21. Nama: Linsa Anggraeni
    Link Share: https://twitter.com/Linza_Syauqia
    Jawaban:
    Pengalaman menarik dalam hidup adalah ketika percitaan saya pada zaman kelas 3SD. Percintaan anak kecil yang belum waktunya dan hanya terungkap lewat sepucuk surat cinta. Beralaskan kertas binder warna-warni dengan torehan tinta kayu yaitu pensil, berpenghapus karet dipucuk pensil tersebut. Ketika membalas ungkapan rasa suka itu hanya terdiam tanpa kata sambil mengulurkan tangan berisikan balasan surat lewat binder warna-warni. itupun harus ngumpet di deket sumur sekolah untuk ngasih sepucuk surat cinta. Dulu bukan zamannya smsan,BBMan,atau sosmedtan? Tapi zamannya surat-suratan. Anak kecil yang kata orang cintanya itu cinta Monyet karena sering lompat sana lompat sini si cintanya itu.
    Kalau saya buat cerpen atau buku bakalan saya kasih judul “Cinta warna-warni Binder”. Soalnya anak kecilkan cerita cintanya itu ceria warna-warni sesuai perantaranya gag kaya cintanya para Remaja.

Don't Be Quiet Reader, Leave Comment!