Book Review: Interlude

22081836

Judul: Interlude
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Terbit: 2014
Tebal: 372 hlm.
ISBN: 979-780-722-3
Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.
Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.
Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?
Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.
Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?
Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah….

REVIEW&PLOT:

“Berat rasanya, ya, Hanna?” tanyanya, “Beban itu. Apa kau tak ingin melepasnya?”
“Saya tidak tahu caranya. Saya tidak tahu apa itu bisa.”
“Bisa. Kenapa kau ragu? Beri kesempatan pada pemuda itu. Beri kesempatan pada dirimu sendiri. Kalau tidak, selamanya, kau tidak akan bisa menjalin hubungan. Selamanya, kau tidak akan bisa bahagia. Kau berhak bahagia, sayang. Sungguh-sungguh bahagia.”
Hanna memiliki masa lalu yang kelam. Karena itu, ia selalu menutup dirinya dari lingkungan luar dan ibunya menyewa seorang psikiater bernama Loraine.
Hanna mengambil cuti kuliah setahun. Setelah itu, Hanna kembali ke apartemen yang dulu ia tinggali.
Kai adalah seorang anak band pemain gitar. Dulunya, Kai mengambil kuliah jurusan hukum, nilainya selalu sempurna. Begitu dengan wajahnya, ia sempurna, disukai oleh gadis-gadis. Tapi, sekarang, Kai juga memutuskan untuk cuti kuliah. Ia seperti tidak memiliki masa depan. Hanya menulis lagu, bermain gitar dan wanita setiap harinya. Semua itu karena keluarganya yang tidak harmonis, tidak seperti keluarga Hanna. Orangtua Kai sudah berada pada ambang perceraian, selalu bertengkar.
Sampai suatu saat, mereka bertemu.
Di atap apartemen Hanna.
Awalnya, Hanna tidak mendengar alunan lagu yang dibawakan Kai. Hanna mendengarnya melalui perekam suara yang selalu ia bawa kemana-mana. Itulah salah-satu hobi Hanna. Ia suka merekam apapun yang berada di sekitarnya.
Keduanya bertemu dan saling tertarik. Awalnya Hanna pikir ia hanya tertarik dengan lagu yang dibawakan Kai.
Lain lagi dengan Kai. Kai pikir Hanna seperti gadis-gadis lain, pura-pura terlihat polos, tapi aslinya mau juga.
Kai pun menjebak Hanna. Kai mencium Hanna di apartemen Hanna.
Hanna yang telah bisa tidur lelap selama 2 bulan terakhir, semua usahanya sia-sia. Ia kembali teringat kejadian itu. Kejadian yang dilakukan oleh mantan pacarnya yang ia kira adalah laki-laki baik-baik.
Padahal, sebelumnya, Gitta, vokalis band Second Day Charm sekaligus teman dan mantan pacar Kai telah mengingatkan Hanna bahwa Kai bukai cowok baik-baik. Tapi, Kai selalu sukses untuk merayu Hanna yang polos.
“Kau tidak harus memberi jawaban. Aku cuma mau kau tahu. Saat ini, Hanna… aku, Kai Risjad, mencintaimu. Dan, aku berjanji tidak akan mencintai seperti cara orangtuaku mencintai. Aku tidak akan menyerah semudah itu.”
Gitta menceritakan semua kejadian yang menimpa Hanna, dan Kai tersadar. Ia salah. Ia pun meminta maaf pada Hanna.
Kai mencintai Hanna. Bukan dalan artian mencintai harus tidur dengan wanita itu 1 atau 2 kali. Arti mencintai yang sesungguhnya.
Jadi, apakah Hanna bisa menerima Kai setelah apa yang ia alami di masa lalu? Bagaimana Hanna bisa berjuang melawan apapun yang ia takuti selama ini? Dapatkah ia kembali percaya pada lelaki seperti Kai?
~
Interlude berarti Jeda. Mungkin penulis mengangkat kata ini sebagai judul dari buku ini karena kedua tokoh utamanya ssama-sama mengambil jeda (cuti) saat kuliah. Suatu kesamaan.
Interlude merupakan buku karya Windry Ramadhina yang pertama ku baca, lalu ada Montase yang menunggu di rak buku.
Konflik yang cukup sensitif, masa lalu yang kelam Hanna, diperkosa. Tapi, konflik ini ‘cukup’ untuk membuat saya ikut merasakan apa yang dirasakan Hanna. Bahasa singkatnya, ‘feel’nya kedapet.
Covernya berwarna biru laut, mengingatkan saya kepada Hanna yang suka laut dan Kai yang namanya berarti laut. Simple tapi cantik. Warna pastel (belakangan ini lagi nge-trend warna-warna pastel)
Alurnya maju, tidak ada flashback secara langsung, kejadian yang ditimpa Hanna pun hanya sedikit-sedikit diceritakan. Buku ini termasuk Adult, tapi Young-Adult juga bisa masuk, tapi bagi saya, lebih cocok ke Young-Adult. Soalnya nggak ada adegan-adegan yang terlampau HOT, paling hot yah cuma sebatas ciuman. Nggak se-hot novel-novel Harlequin.
Pemeran-pemeran pembantu juga sangat membantu pada ‘keseruan’ novel ini. Bukan hanya Hanna dan Kai yang memiliki konflik. Pemeran pembantu seperti Gitta yang dianiaya oleh pacarnya Ian, pemain drum musik aliran Rock. Juga ada Jun, teman satu band Gitta yang mencintai Gitta.
Bicara soal pemeran yang paling saya suka. Saya paling suka Jun. Jun adalah tipikal Good Boy, tidak merokok, tidak main perempuan, tidak minum alkohol, juga bussines man. Perfect.
Windry Ramadhina telah masuk pada jejeran penulis yang aku suka mulai saat ini, aku menyukai cara Windry Ramadhina menuliskan cerita dari awal sampai akhir. Dan menemukan beberapa typo pada buku ini. Salah satunya ada pada halaman awal, p.7. Disana tertulis piza dengan 1 ‘z’ seharusnya ditulis pizza dengan 2 ‘z’. Memang, saya akui, tidak ada sesuatu yang sempurna, disetiap novel pasti ada typonya, yang membedakan hanya typo yang sedikit atau yang banyak. Typo yang sangat terlihat hingga tidak terlihat seperti kesalahan spasi.
Overall, saya menyukai buku ini jika dilihat dari kategori romance, tidak terlalu menye-menye. Menyelesaikan buku ini hanya dalam dua hari. Tapi, saya hanya memberikan 4,5 bintang untuk buku ini. Entah kenapa, biasanya saya langsung ngasih 5 bintang untuk jejeran buku yang menurut saya bagus, tidak peduli typonya. Tapi dibuku ini, saya sangat terganggu dengan typonya. Contohnya nih ya, pada halaman berapa gitu saya menemukan typo yang sangat jelas sekali. Titik, spasi, lalu paragraf. Aneh! Saya juga sangat menyukai Ending pada buku ini. Happy Ending, to be honest. 🙂